The Winning Team La Grande Inter

 

Sistem permainan catenaccio atau pertahanan gerendel Inter Milan takkan berhasil jika pelatih Helenio Herrera tidak memiliki para pemain mumpuni yang mampu mengaplikasikannya di lapangan. Para pemain dalam tim yang kemudian melegenda dengan sebutan La Grande Inter atau The Great Inter (Inter Yang Agung).

Empat tahun yang sukses (1962-1966), tentu Herrera mempunyai susunan pemain yang berbeda. Namun ada sembilan pemain kunci yang seperti tak tersentuh dalam susunan starting line-up, yakni Giuliano Sarti, Armando Picchi, Giacinto Facchetti, Tarcisio Burgnich, Aristide Guarneri, Jair da Costa, Luis Suarez, Sandro Mazzola, dan Mario Corso. 

Mari kita membedah The Winning Team La Grande Inter disetiap posisi.

#KIPER: Giuliano Sarti

Giulano Sarti

 

Saat Herrera meraih scudetto pertamanya pada musim 1962-63, yang menjadi kiper utama Nerazurri adalah Lorenzo Buffon. Namun kemudian Buffon pindah ke Fiorentina. Masuklah Giulano Sarti yang dibeli dari Fiorentina pada awal musim 1963-64. Menjalankan tugasnya sebagai penjaga gawang La Grande Inter, Sarti pun mulai meraih segalanya. Mereka menaklukkan Italia, Eropa, dan dunia.  

Untuk kiper cadangan ada Ottavio Bugatti yang bermain antara rentang 1961-1965. Selanjutnya digantikan Ferdinando Miniusssi (1965-1967).

#LIBERO: Armando Picchi

Armando Picchi
 

 Seorang bek libero atau sweeper adalah syarat utama catenaccio. Dan peran itu fasih dijalankan oleh Armando Picchi, sang kapten La Grande Inter. Tugasnya mengawasi dan menempel pemain lawan paling berbahaya, juga menyapu bola dan menutup lubang pertahanan. Bermain dalam 257 laga (1960-1967), Picchi mengangkat hampir semua piala bergengsi bersama Nerazurri.

#BEK KANAN: Tarcisio Burgnich

Tarcisio Burgnich
 

 Julukannya "La Roccia" alias The Rock (Batu Karang). Tarcisio Burgnich dikenal sebagai bek yang kuat, cepat, energik, dan serba bisa. Ia efektif baik saat menyerang maupun bertahan. Tentu semua yang ada pada Burgnich itu sangat cocok dalam sistem catenaccio yang mengandalkan pertahanan kuat dan serangan balik cepat.

#BEK TENGAH: Aristide Guarneri

Aristide Guarneri
 

Pernah mengawali karir sebagai fullback, Herrera justru menempatkan Aristide Guarneri sebagai bek tengah, karena unggul dalam antisipasi, tackling, menjaga lawan, dan kemampuannya membaca permainan. Meskipun ulet sebagai pemain belakang dan beresiko menghentikan striker lawan, namun Guarneri tidak pernah mendapatkan kartu merah sepanjang karirnya. 

#BEK KIRI: Giacinto Facchetti

Giacinto Facchetti
 

Perawakannya tinggi dan gagah. Giacinto Facchetti menjadi pionir fullback modern pada masanya yang tidak hanya konsentrasi di lini pertahanan, tapi juga membantu penyerangan. Dengan kecepatan, teknik, kecerdasan, fisik dan staminanya; Facchetti tentu merupakan salah satu yang terbaik di posisi bek kiri dalam sejarah sepakbola. Naluri mencetak gol-nya pun tinggi. Facchetti pernah mencetak 10 gol pada musim 1965-66 yang pernah menjadi rekor terbanyak dalam satu musim Serie-A oleh seorang pemain belakang selama bertahun-tahun.

#GELANDANG BERTAHAN: Carlo Tagnin dan Gianfranco Bedin 

Carlo Tagnin

Gianfranco Bedin
 

Ada dua pemain yang berbagi peran diposisi ini. Carlo Tagnin bergabung dengan Inter pada musim 1962-63. Tapi hanya mencatatkan 1 penampilan liga. Baru pada musim 1963-64, Tagnin menjadi salah satu pemain inti dengan tampil dalam 20 laga. Kemudian hadir Gianfranco Bedin pada musim 1964-65. Dimusim tersebut keduanya bersaing: Tagnin main dalam 16 laga, dan Bedin dengan 14 laga. Ketika Tagnin hengkang ke Alessandria pada musim 1965-66, tinggal Bedin yang memantapkan posisinya dengan 30 pertandingan di Serie-A.

Sebagai gelandang bertahan, Tagnin dikenal dengan stamina, etos kerja, serta kemampuan man-marking yang dimilikinya, sehingga memungkinkannya untuk mendukung rekan setimnya yang lebih ofensif. Sama juga dengan Bedin. Berposisi box-to-box, ia punya antisipasi, dan kemampuan membaca permainan, serta memulai penyerangan dari tengah.

#GELANDANG TENGAH: Luis Suarez

Luis Suarez
 

Nama lengkapnya Luis Suarez Miramontes. Dijuluki El Arquitecto (Arsitek), pemain kebangsaan Spanyol itu disebut-sebut sebagai otak permainan La Grande Inter.  Gaya bermainnya elegan, memiliki umpan akurat, dan naluri mencetak gol. Sebagai playmaker yang punya tendangan eksplosif,  kreatifitas Suarez menjadi kekuatan penting pasukan Herrera.

#GELANDANG SERANG: Sandro Mazzola

Sandro Mazzola
 

Memakai nomor 10, tentu Alessandro Mazzola bukan pemain sembarangan. Ia adalah gelandang serang dengan kemampuan komplet yang punya kreatifitas luar biasa, umpan terukur, gocekan yahud, serta kontrol bola sempurna. Tak hanya itu, ia juga punya naluri mencetak gol yang tinggi. Boleh dibilang, Mazzola adalah maskot La Grande Inter.

#SAYAP KANAN: Jair da Costa

Jair da Costa
 

 Layaknya sebuah panah, Jair da Costa selalu berlari menyisir sisi lapangan dengan langkah besarnya.
Seorang pemain sayap kanan yang sangat cepat dan gesit , dengan kaki yang cepat dan teknik yang bagus, serta jago menggiring bola dan menggunakan tipuan rumit. Karena kemampuan menyerangnya yang kuat dan kecepatannya yang luar biasa pada bola, Jair juga mampu berfungsi sebagai striker. Bisa jadi, Jair adalah pebola pertama asal Brasil yang paling sukses di Inter.

#SAYAP KIRI: Mario Corso

Mario Corso
 

 Kaki Kiri Dewa. Sesuai julukannya, Mario Corso dominan dengan kaki kiri dan salah satu pemain Italia terbaik diposisinya. Meskipun tidak terlalu cepat, tapi ia ulet dan punya teknik yang luar biasa. Selain kemampuan memberikan umpan silang dari sayap kiri, Corso juga terkenal sebagai pengambil tendangan bebas yang akurat.

#PENYERANG: Aurelio Milani, Joaquin Peiro, dan Angelo Domenghini

Aurelio Milani

Joaquin Peiro

Angelo Domenghini
 

Entah kenapa, peran penyerang tak terlalu dominan dalam skuad La Grande Inter-nya Herrera. Terbukti gol-gol Nerazzurri justru banyak dihasilkan oleh kuartet Mazzola-Jair-Corso-Suarez yang notabene bukan striker murni. 

Kita lihat statistik pemain di Serie-A berdasarkan data dari Wikipedia. 

Pada musim 1962-63, Inter mengandalkan Beniamino Di Giacomo yang dibeli dari Torino. Di Giacomo mencetak 11 gol dari 24 penampilan.

Beniamino Di Giacomo
 

Di musim 1963-64, Di Giacomo ditepikan. Gantian Aurelio Milani yang main 18 laga dengan koleksi 7 gol. Namun catatan itu masih kalah dari Jair yang mencetak 12 gol musim itu di Serie-A. Dua tahun sebelumnya gemilang di Fiorentina dengan raihan 23 gol, tak bisa Milani ulangi di Inter. Bermain selama dua musim (1963-1965), Milani mentok dengan 7 gol miliknya itulah buat Nerazzurri. Namun Milani tetap dikenang sebagai penyerang nomor 9 yang mencetak salah satu gol dalam pesta kemenangan final Piala Champions 1964 atas Real Madrid.

Musim 1964-65, La Beneamata mendatangkan 2 penyerang sekaligus: Angelo Domenghini (Atalanta) dan Joaquin Peiro (AS Roma). Musim dimana pasukan Herrera mengawinkan gelar Serie-A dan Piala Champions itu, Domenghini mencetak 9 gol dari 26 penampilan liga, sementara Peiro hanya membuat 4 gol dari 15 laga. Justru Sandro Mazzola yang menggila dengan gelontoran 17 golnya hingga didapuk sebagai topskor Serie-A.

Musim terakhir La Grande Inter meraih scudetto 1965-66, Domenghini banyak tampil di 31 pertandingan dengan mencetak 12 gol. Sedangkan Peiro lagi-lagi mencetak 4 gol dari 11 laga, kalah dari bek kiri Giacinto Facchetti yang mengoleksi 10 gol. Adapun Mazzola masih yang terdepan dengan raihan 19 gol miliknya.

Total lima musim membela Inter (1964-1969), Domenghini mencetak 50 gol di Serie-A. Sementara Peiro hanya mencetak 8 gol dalam kurun dua tahun (1964-1966), tapi diingat sebagai penyumbang salah satu gol ketika La Grande Inter menang 3-0 di semifinal Piala Champions 1965 untuk membalikkan keunggulan setelah pada leg-1 kalah 1-3 di Anfield.

(sumber: Wikipedia, Inter.it, dll)

 


 


Postingan Populer