Cinta Buta ala Juventini


        Anda percaya cinta itu buta? Hmm, sebaiknya anda percaya, karena kalau tidak anda akan dibully para Juventini...haha. Lho? Iya, sebab cinta para Juventini memang terbukti memBABI buta. Tak peduli klub pujaan mereka bersalah dan terbukti berbuat kotor, mereka akan tetap membela habis-habisan. Layaknya partai politik dinegeri ini yang tetap mendukung kadernya yang terlibat kasus korupsi dan pertemanan ala mafia yang benar salah tetap dibela, begitulah para Juventini. Sudah jelas-jelas Juventus terbukti bersalah terlibat dalam Skandal Calciopoli 2006 yang menyuap wasit, mereka keukeh tidak mengakuinya. Padahal kalau memang klub berkostum garis hitam putih ala narapidana tempo dulu itu tidak bersalah, mengapa mereka menerima hasil keputusan pengadilan di Italia yang memaksa mereka turun kasta secara memalukan ke Serie-B, bahkan merayakannya secara sukacita saat juara dimusim itu... wkwkwk.

             
           Bahkan lucunya, ada oknum idiot yang menulis di wikipedia kalau Juventus itu tidak pernah terdegradasi ke Serie-B, tapi mereka hanya dihukum turun paksa..haha.. padahal kan setali tiga uang alias sama saja.. wkwkwk. Ada juga Juventini yang berdalih mengatakan kalau Skandal Calciopoli itu hanya ulah oknum bernama Luciano Moggi, bukan klub. Halo... Moggi itu siapa? Bukankah dia direktur olahraga Juventus, yang berarti bekerja secara sistematis atas nama klub, bukan nama pribadi. Moggi yang dulunya dielu-elukan sebagai juru transfer hebat karena mampu membawa pemain-pemain bernama besar ke Juventus, dibanggakan dimedia layaknya pahlawan, justru kini jadi pecundang, mendengar namanya pun Juventini ogah... kasian.. hee.
          Mirisnya lagi, para antek-antek Jupe stupid balik menuduh Skandal Calciopoli sebagai hasil konspirasi dari Inter Milan yang mau menghancurkan klub kota Turin itu. Sebabnya? Mereka beralibi kalau Inter yang begitu diuntungkan dengan penderitaan Jupe. Pada tanggal 26 Juli 2006, pengadilan banding FIGC memutuskan mencopot gelar scudetto 2005/2006 dari Jupe, dan menyerahkannya kepada Inter! Sementara gelar musim 2004/2005 ditiadakan. Itulah mengapa para Juventini jadi sakit hati dan seperti hilang akal dengan menyebut Inter hanya mendapat gelar pemberian secara cuma-cuma. Padahal gelar scudetto itu adalah hasil keputusan pengadilan atas sportivitas Inter sebagai klub bersih dari kecurangan klub lain. Selain itu I Nerazurri juga membuktikan perjuangan mereka dilapangan, yang mana mungkin selanjutnya Inter bisa menjuarai Serie-A selama 4 musim berturut-turut (2006-2010) yang puncaknya meraih treble winner dengan Liga Champions yang begitu membanggakan itu.
           Luciano Moggi si pesakitan yang begitu dendam kesumatnya kepada Inter (wkwkwk... memang nasib nih orang yang kini dijauhi pelaku dunia sepakbola), pernah menfitnah mendiang Giacinto Facchetti -legenda sekaligus presiden klub Inter- juga terlibat dalam menyuap wasit. Ketua Komisi Wasit FIGC sekaligus Wakil Ketua Komisi Wasit UEFA saat itu-Pierluigi Pairetto yang menjadi rekan kerja haram Moggi, menuturkan Facchetti juga mendapatkan jasanya dengan memberitahu siapa yang menjadi wasit yang akan memimpin partai Valencia vs Inter dan Inter vs Anderlecht di Liga Champions tahun 2004. Padahal menurut regulasi UEFA, klub tidak boleh tahu siapa yang akan menjadi wasit hingga 48 jam sebelum pertandingan dimulai.
          Pemilik Inter saat itu Massimo Moratti lantas membela Facchetti. "Rekaman telepon itu justru membuktikan sekali lagi kejujuran dan kemurnian Facchetti dalam mengusung sportivitas. Yang Facchetti lakukan hanya bertanya, apakah wasit sudah terpilih atau belum," tegas taipan minyak itu.
            Hal ini diamini gelandang Inter asal Portugal, Luis Figo. "Aku sama sekali tidak pernah meragukan bahwa Inter adalah klub yang bersih. Itu sudah aku ketahui sejak pertama kali bertemu Moratti. Dia seorang yang sangat bisa dipercaya. Kalaupun seluruh klub di Serie-A dikatakan terlibat, aku tetap yakin bahwa Inter adalah pengecualian," kata Figo dalam wawancara dengan Gazzetta dello Sport. "Apa yang dilakukan Facchetti hanya bertanya. Dia sama sekali tidak terbukti ikut dalam proses memilih wasit. Apalagi, saat percakapan itu berlangsung, wasit telah terpilih."



         Presiden Juventus, Andrea Agnelli pernah mengajukan banding atas kasus Calciopoli yang dijatuhkan oleh FIGC kepada  kejaksaan tinggi Italia dengan harapan bisa mengembalikan dua gelar scudetto yang dicabut, dan nama baik mereka dipulihkan. Namun permohonan tersebut ditolak karena kurangnya bukti dan keterlambatan Jupe dalam mengajukan bukti. Bahkan belum cukup, Jupe juga mengancam FIGC dengan tuntutan sejumlah uang trilyunan sebagai ganti rugi bila dua gelar scudetto tidak dikembalikan, namun usaha itu juga gagal hingga saat ini.

 
Andrea Agnelli bersama Luciano Moggi




       Sebenarnya "kecurangan" Juventus sudah tercium sejak lama, dan ibarat bom waktu baru meledak saat Skandal Calciopoli. Pada Januari 2000 (musim 1999-2000), Jupe melawan tuan rumah Parma. Skor sementara 1-0 untuk Jupe lewat penalti Alessandro Del Piero. Ketika Parma kemudian mendapat tendangan sudut, bek Fabio Cannavaro sukses menanduk bola ke gawang Jupe. Gol! Pemain Parma segera bersorak merayakan gol yang telak, bagus, dan bersih itu. Apa yang terjadi kemudian membuat semua pemain Parma dan suporternya marah besar. Wasit menganulir gol itu karena dianggap sebelumnya Cannavaro membuat pelanggaran. 
       Memang akhirnya Hernan Crespo benar-benar menyamakan kedudukan pada menit ke-90. Akan tetapi, warga Kota Parma terlanjur menganggap wasit telah "dibeli" oleh keluarga Agnelli, bos besar Juventus. Patut diingat, pada musim itu Jupe tengah bersaing ketat dengan Lazio dalam perebutan scudetto.
        Ada lagi pada tahun 2004, pengadilan Kota Turin menjatuhkan vonis hukuman 22 bulan penjara kepada dokter Juventus, Riccardo Agricola. Dia terbukti sengaja meramu bahan doping yang mengandung EPO - sejenis obat perangsang untuk meningkatkan laju sel darah merah. Agricola menggunakannya di Juventus pada tahun 1994-1998. 
       Lucunya, ketika Agricola dihukum, Antonio Giraudo selaku Ketua Harian Juventus justru dibebaskan dari tuduhan. Itulah yang dianggap aneh oleh Vatikan. "Saya bertanya-tanya. Bagaimana mungkin dokter dapat bertindak secara terpisah dari klub? Bahkan, memberikan sesuatu yang dilarang kepada pemain dalam kurun waktu yang lama," tutur Kardinal Fiorenzo Angelini dari Vatikan kepada Harian Il Tempo.
       Jika sampai melibatkan Vatikan, berarti kasus doping itu cukup menghebohkan. "Juventus tim besar dengan scudetto terbanyak. Tak heran Vatikan sampai bereaksi," komentar Zdenek Zeman, pelatih asal Republik Ceko yang malang melintang menangani klub-klub di Italia, kepada Football Italia.
        Zeman-lah pemicu penyelidikan terhadap kasus ini. Beberapa tahun lalu, komentarnya dimuat di Majalah Expresso. Isinya, tuduhan bahwa Juventus menggunakan doping. Lanjut Zeman, "Pendapat saya, Juventus kalah dalam kasus ini. Jika dokter dinyatakan bersalah akibat memberikan doping, itu hal yang menyedihkan bagi sepakbola. Klub yang bersangkutan patut diperiksa. Saya ingin ada perubahan sistem agar sepakbola Italia bersih."
       Gara-gara membeberkan hal ini, Zeman kontan menjadi figur yang tak disukai, terutama oleh antek-antek Jupe. Dia seperti orang asing yang mau mencampuri urusan dapur Italia. Termasuk oleh Marcelo Lippi, mantan pelatih Jupe yang menolak mentah-mentah tudingan bahwa mantan klub asuhannya jadi hebat karena doping. Terutama ketika dia masih melatih di Nyonya Peot. Lippi balas menuding balik Zeman sebagai orang yang sok moralis hanya iri terhadap prestasi Jupe.
       Ya, begitulah resikonya jadi orang benar. "Saya dibilang gila. Tidak ada yang mau percaya kepada saya," keluh Zeman.
Dr, Riccardo Agricola
 
Zdenek Zeman
     Seperti yang saya bilang diawal, cinta para Juventini sudah begitu membabi buta layaknya babi yang kedua matanya buta tertusuk kayu. Tak bisa lagi membedakan benar atau salah, yang penting cinta gila. Ketika ada akun twitter @bolanews.com yang beraplikasi dengan Tabloid Bola, salah satu media olahraga terbesar di Indonesia mengangkat berita mengenai tuduhan doping yang dilancarkan Zeman pada Juventus, dan menulis "Juventus dinyatakan bersalah & Agricolla bersalah dan dipenjara selama 22 bulan", para cecunguk Juventini dinegeri ini langsung seperti kebakaran jenggot.Mereka menuding Bolanews telah melakukan pembohongan dan penyesatan publik. Bahkan lebih tolol lagi dengan menganggap Bolanews hanya mengangkat berita kontroversi asal heboh dan laku untuk menaikkan oplah penjualan. Waduh, segitunya... ckckck... wkkwkwk. TOBAT, COY! haha.

(sumber: Tabloid Soccer edisi no.11/11 September 2014 dan no.23/11 Desember 2014)

          
         

Postingan Populer