Presiden Inter Milan: Angelo Moratti
Angelo Moratti disebut-sebut sebagai presiden Inter Milan tersukses. Dibawah kepemimpinannya (tahun 1955-1968), I Nerazzurri menjadi kekuatan yang begitu ditakuti di ranah Eropa dan dunia, sehingga dijuluki La Grande Inter (The Great Inter atau Inter yang Hebat). Tim asuhan pelatih Helenio Hererra ini begitu melegenda dengan gaya catenaccio (gaya sepakbola yang mengandalkan giat bertahan dan serangan balik) yang kemudian menjadi ciri khas sepakbola Italia.
Bayangkan, hanya dalam kurun waktu empat tahun (1962-1966), Inter sukses meraup tujuh gelar bergengsi: tiga scudetti (1962-63, 1964-65, 1965-66), dua Piala Champions (1963-64, 1964-65), dan dua Piala Interkontinental (1964 dan 1965). Sukses di musim 1965-66 menandai scudetto ke-10, artinya Inter berhak menjadi klub ketiga di Italia yang berhak menyandang tanda bintang emas dikostumnya setelah Juventus dan AC Milan.
"Tak ada masa paling indah buat Inter, kecuali masa kepemimpinan bapak saya (Angelo Moratti) dan kepelatihan Helenio Hererra. Hererra memberikan dedikasi luar biasa. Dia tak hanya membuat bapak saya bahagia, tapi juga seluruh tifosi Inter," kenang Massimo Moratti. "Tim bapak saya akan selalu menjadi The Beatles, tanpa saingan."
Pada 1955, Angelo terpilih sebagai presiden ke-15 Inter, melanjutkan kepemimpinan Carlo Masseroni. Enam musim pertamanya, Angelo belum bisa mempersembahkan prestasi. Setelah bergonta-ganti pelatih yang dipecatnya, baru sekitar 1961 nasib Inter membaik setelah Angelo mendatangkan pelatih asal Argentina, Helenio Hererra, yang sebelumnya sukses membawa Barcelona juara Divisi Primera La Liga Spanyol dua kali. Padahal Hererra meminta gaji tahunan sekitar 100 ribu dollar, gaji pelatih paling besar saat itu.
"Terkadang pemilihan termahal adalah yang paling murah, dan termurah dari yang mahal," bilang Angelo.
Tak keliru memang, karena dibawah asuhan Hererra, Inter menjelma menjadi tim terbaik dengan julukan La Grande Inter yang melegenda.
Angelo bersama Herrera |
Musim 1966-67 merupakan titik balik prestasi Angelo. Setelah scudetto dan Piala Champions lepas dari tangan Inter, Angelo memutuskan mundur. Belum lagi tekanan dari publik dan media akibat tuduhan liar telah melakukan pengaturan skor dalam sejumlah laga di Eropa, yang pada akhirnya tak terbukti. Sebagai bentuk kecintaan dan tak ingin nama baik Inter tercemar, Angelo akhirnya melepaskan Inter dan menyerahkan kepemimpinannya kepada Ivanoe Fraizzoli pada 1968.
Ketika Angelo meninggal, pemakamannya pada 14 Agustus 1981 dihadiri ribuan pelayat. Kebanyakan dari mereka mengucapkan rasa terimakasih karena Angelo telah menghadirkan lapangan pekerjaan bagi anggota keluarga di masa sulit usai Perang Dunia II. Saat itu Angelo memiliki kilang minyak dan pembangkit listrik yang banyak menyerap tenaga kerja (sumber: Soccer).