Pelatih Inter Milan: Jose Mourinho Benar-Benar The Special One






    Masa bakti Jose Mourinho memang hanya dua musim di Inter Milan. Tapi kesan yang dibawanya begitu mendalam dan melekat dihati Interisti yang ada diseluruh dunia.   
     Nama aslinya Jose Mario dos Santos Mourinho Felix. Lahir di Setubal, Portugal, 26 Januari 1963. Pernah menjadi pesebakbola, namun memilih pensiun diusia 23 tahun karena sadar kemampuan dan levelnya hanya pantas bermain di divisi dua. Mourinho memilih fokus pada kuliahnya di jurusan Ilmu Olahraaga dan Pendidikan Jasmani Universitas Teknis Lisabon. Usai kuliah, ia bekerja sebagai guru olahraga di beberapa sekolah lokal di Lisabon. Mourinho juga aktif mengikuti kursus kepelatihan sepakbola yang beberapa diantaranya diselenggarakan asosiasi sepakbola Inggris dan Skotlandia.
     Ketika Sir Bobby Robson, salah satu pelatih legendaris asal Inggris, bertugas di klub Sporting CP, Mourinho menawarkan diri menjadi penerjemah. Selang beberapa waktu, Sir Bobby sadar bahwa Mourinho memiliki kelebihan dari sekedar menjadi pengalih bahasa. Mourinho pun ditugasi menonton calon lawan Sporting yang hasil laporannya membuat Sir Bobby terkesima karena kelas satu dan sangat detail.
     Saat  Sir Bobby pindah ke Barcelona, Mourinho juga diboyong ke Blaugrana. Berkat kecepatannya memahami bahasa Catalan, Mourinho tetap menjadi penerjemah dan kerap tampil dalam konferensi pers.
     Keduanya berpisah saat Sir Bobby hengkang ke PSV pada 1994. Mourinho memutuskan tinggal di Barcelona dan belajar hal baru dari Louis van Gaal, pelatih asal Belanda. Ia tinggal selama tiga tahun dan sempat menjadi pelatih Barcelona B.
     Setelah yakin dengan ilmunya, Mourinho pulang kampung dan menangani klub Benfica dan Uniao de Leiria. Namanya baru benar-benar menjulang saat menukangi Porto rentang tahun 2002-2004. Klub berkostum biru putih itu dibawanya ke atas langit dengan raihan banyak prestasi menjuarai juara Liga Portugal 2003-2004, Piala Super Portugal 2003, Piala UEFA 2003, dan Liga Champions 2004.
     Relatif tidak terkenal di luar Portugal, popularitas Mourinho meroket dan namanya mendunia sejak melatih Chelsea pada 2004. Disini ia melabeli dirinya sebagai pelatih spesial.
     “Tolong, jangan katakan saya arogan. Saya telah memenangi Liga Champions dengan Porto, saya adalah The Special One,” kata Mourinho saat konferensi pers pertamanya.
     Nyatanya, Mourinho memang benar-benar spesial. Digelontori uang dari sang pemilik Roman Abramovic, milyuner kaya asal Rusia, Chelsea yang tadinya hanya klub papan tengah di Inggris disulapnya menjadi klub elit yang disegani di Eropa dan dunia. Mulanya kurang diperhitungkan, Chelsea-nya Mourinho mulai merusak hegemoni Manchester United dan Arsenal. Klub biru kota London itu berhasil menjuarai Premier League 2004-2005 (setelah masa penantian hampir selama 50 tahun) dan 2005-2006. Sejak di Chelsea pula Mourinho juga mulai dikenal sering mengeluarkan komentar-komentar tajam dan kontroversial.
     Pada 20 September 2007, Mourinho memutuskan untuk meninggalkan jabatannya sebagai pelatih Chelsea karena performa timnya yang menurun dan hubungan kurang harmonis dengan pemilik/manajemen klub.
     Usai sembilan bulan tidak melatih, pada 3 Juni 2008,  Mourinho resmi diangkat sebagai pelatih Inter menggantikan Roberto Mancini yang dipecat pada 29 Mei 2008. Mourinho memilih Giuseppe Baresi, seorang mantan pemain Inter era 80-an sebagai asisten pelatih. Dia juga bekerja dengan Rui Faria (pelatih fisik), Silvino Louro (pelatih kiper) dan  Andre Villas Boas (asisten pelatih teknik). Tiga orang terakhir ini juga merupakan stafnya selama melatih Chelsea dan Porto.
     “Saya datang ke sebuah klub yang spesial. Saya yakin saya seorang pelatih hebat, tapi saya tidak mau jadi spesial,” tutur Mourinho di depan para jurnalis Italia.
     Mourinho menjadi satu-satunya pelatih asing di Serie-A musim 2008-2009. Kehadirannya membuat Liga Italia menjadi berwarna. Bukan Mourinho namanya kalau tidak membuat “keributan” dengan melancarkan kata-kata psywar terhadap pelatih lain (seperti frase terkenal  “Zero Tituli” atau “tanpa gelar”), kritikan kepada wasit, serta gesture yang melecehkan. Meski seolah dilabeli public enemy number one, toh Mourinho nyantai aja.
      Di musim perdananya, Mourinho membawa Inter memenangkan Piala Super Italia 2008 usai menundukkan AS Roma 6-5 lewat adu penalti setelah skor imbang 2-2, serta mempertahankan gelar scudetto diakhir musim. Ia menyamai pelatih Giovanni Invernizi yang menghadirkan trofi juara Serie-A 1970-1971 untuk Inter di tahun pertama. Juga mengikuti jejak langkah Arpad Veisz (Hungaria), Toni Cargnelli (Austria), dan Helenio Herrera (Argentina) sebagai pelatih non-Italia keempat di kursi pelatih I Nerazzurri yang jadi jawara liga. Sekaligus menghentikan dominasi pelatih Italia , setelah terakhir kali hanya Sven Goran Eriksson (Swedia) sebagai pelatih asing yang bisa menjuarai Serie-A di musim 1999-2000 bersama Lazio. Sayang untuk Eropa, Inter tak mampu berbuat banyak dengan hanya sampai di babak 16 besar Liga Champions setelah kalah agregat 0-2 dari Manchester United.
      


     Namun musim berikutnya 2009-2010, Mourinho mengukir sejarah Inter dengan tinta emas yang takkan dilupakan tifosi I Nerazzurri. Apalagi kalau bukan Treble Winners! Inter menjadi tim Italia pertama dalam sejarah yang mampu melakukannya, sekaligus masih satu-satunya sampai sekarang. Berawal dari Piala Italia usai mengalahkan AS Roma di final yang berlangsung di Stadion Olimpico (6 Mei 2010), dilanjutkan dengan memastikan Liga Italia yang ke-18 usai membengkap Siena 1-0 di Artemio Franchi (16 Mei 2010), Mourinho melengkapinya dengan gelar yang ditunggu-tunggu 45 tahun lamanya: Liga Champions usai menaklukkan Bayern Muenchen 2-0 di Stadion Santiago Bernabeu (23 Mei 2010) yang uniknya tim lawan adalah asuhan mantan mentornya di Barcelona, Louis van Gaal. Kerennya, lawan-lawan yang disingkirkan Inter di perempat final (Chelsea-ini sekaligus reuni pertama Mourinho menghadapi mantan tim yang dibesarkannya itu), semifinal (Barcelona), dan final ( Bayern Muenchen) adalah jawara di liga utama negara masing-masing. Sekaligus Mourinho menasbihkan diri sebagai pelatih yang menjuarai Liga Champions bersama dua klub berbeda, setelah Ernst Happel (Feyenoord 1969-1970 dan Hamburger SV 1982-1983), dan Ottmar Hitzfeld (Borussia Dortmund 1996-1997 dan Bayern Muenchen 2000-2001).
     
Ekspresi Mourinho di Camp Nou yang bikin kiper Victor Valdes dan suporternya panas usai mengatasi Barcelona di semifinal Liga Champions 2009-2010

Akhir penantian panjang

Moratti menilai karakter Mourinho mirip Helenio Herrera, pelatih legendaris era ayahnya

      Rasa penasaran Presiden Inter, Massimo Moratti akan Liga Champions telah dibayar lunas oleh Mourinho, pelatih yang digaji 9 juta euro (sekitar Rp 130 miliar) per tahun sekaligus termahal sepanjang Serie-A. Namun final Liga Champions di Bernabeu menjadi momen perpisahan yang manis sekaligus mengharukan bagi Inter dan Mourinho. Pria Portugal itu menunjukkan bahwa dirinya manusia biasa. Mourinho menangis sesenggukan di lapangan usai timnya mengalahkan Bayern. Matanya merah dan mengalir air. Karakter arogan khas The Special One sama sekali tak kelihatan. Ya, ini hanya terjadi di Inter, menunjukkan hubungan yang erat, tidak terjadi di klub lain bahkan Porto dan Chelsea sekalipun.
     “Saya harus selalu terlihat dingin dalam menangani pekerjaan. Itu demi menjaga pemain. Tapi, kini saya benar-benar merasa terharu,” kata Mourinho. Ada satu lagi momen dramatis usai partai final, dimana Mourinho memeluk bek bengal Inter, Marco Materazzi yang mana keduanya sedih berpisah.
     Kebersamaan Inter-Mourinho usai setelah dua tahun. Sukses di Italia, Mourinho ingin mencari tantangan baru di Spanyol dengan melatih Real Madrid. Interisti dan publik Italia (suka tidak suka) pasti merindukannya.
                                                                     (sumber: Wikipedia, Bola, Soccer, dll)
Mourinho dan Materazzi

Mourinho menunjukkan gerakan khusus menyilangkan kedua tangannya seperti diborgol sebagai tanda dirinya dan Inter telah dikekang oleh Lega Calcio. Ini dilakukan saat Inter menang 2-0 atas AC Milan (24 januari 2010) dengan sembilan pemain setelah Wesley Sneijder dan Lucio mendapat kartu merah. Secara kontroversial Mou menyebut Inter hanya akan kalah jika bermain dengan enam pemain. Juga menuduh telah ada konspirasi untuk menggagalkan Inter untuk kembali juara. Perlakuan wasit dalam beberapa pertandingan dianggapnya terlalu merugikan Inter.




Postingan Populer