Presiden Inter Milan : Erick Thohir

 
     Di negeri pizza sana sepakbola itu sakral, sudah merupakan harga diri, ibarat agama yang jadi keyakinan hidup. Klub adalah milik mereka, harus orang Italia yang jadi presiden sekaligus pemiliknya. Jadi betapa hebohnya disana, ketika pada tahun 2013 ada  seorang pengusaha dari negara lain membeli klub Inter Milan dari Massimo Moratti. Mungkin masih maklum kalo yang dijual itu klub semenjana macam Sampdoria, Parma, atau Palermo. Mungkin masih wajar kalo yang membeli adalah taipan minyak dari Rusia atau negeri Arab. Ini yang dijual adalah Inter Milan, salah satu klub raksasa di Eropa dengan sejarah panjang sarat prestasi!  Ini yang beli adalah seorang pengusaha dari sebuah negara berkembang di Asia Tenggara (dari saya SD sampe tuwir sekarang disebut berkembang terus nggak pernah maju-maju), yang notabene levelnya kalah jauh dari Italia yang merupakan negara besar baik itu di Eropa maupun dunia. Tak bisa dipungkiri pada 2013 harga diri orang Italia sebagai bangsa Romawi yang pada zaman baheula senang menjajah dan menaklukkan dunia, menjadi “terkoyak”… hee.

      Mau tidak mau Interisti kini punya pemilik baru, presiden asing pertama non Italia diklub mereka pada sosok Erick Thohir. Well, para tifosi I Nerazzurri n mayoritas orang dinegeri kita ini pasti bangga, kecuali fans klub tetangga yang suka pada sirik dan mencibir (biasalah Indonesia, hee) padahal dalam hatinya berkata.. “Kenapa bukan klub kesayangan gue sih??”… wkwkwk.
      Erick Thohir adalah seorang pebisnis muda asal Indonesia. Beliau lahir pada tanggal 30 Mei 1970 di Jakarta. Asal keluarganya memang asli keluarga pengusaha. Ayah Erick, Teddy Thohir,  adalah seorang pengusaha serta pemilik Grup Astra Internasional bersama dengan temannya yaitu William Soeryadjaya. Riwayat perjalanan Erick dalam menempuh pendidikan sarjananya dengan belajar di Glendale University. Lalu melanjutkannya di bidang Administrasi Bisnis yaitu di Universitas Nasional California, dan ia pun mendapatkan gelar masternya pada tahun 1993.

      Setelah kembali ke Indonesia, Erick  bersama dengan teman-temannya seperti R. Harry Zulnardy, Muhammad Lutfi, dan Wisnu Wardhana bersama-sama mendirikan sebuah perusahaan bernama Mahaka Group. Ia sangat tertarik dengan dunia bisnis media. Di tahun 2001 perusahaannya kemudian membeli Republika yang pada saat itu sedang mengalami kebangkrutan. Karena pengalamannya yang masih minim, kemudian ia diajari dan dibimbing oleh ayahnya, serta mendapat bimbingan oleh sahabat ayahnya yaitu Jakob Oetama dari media Kompas serta Dahlan Iskan yaitu bos dari media Jawa Pos. Pada tanggal 30 Juni 2008, ia kemudian menjadi seorang Presiden Direktur di perusahaan PT Mahaka Media, lalu menjabat Komisioner sejak bulan Juni 2010 sampai sekarang ini. Erick juga  membeli sebuah media Harian Indonesia yang lalu diterbitkan ulang olehnya dengan nama Sin Chew-Harian Indonesia. Editorial dan pengelolaannya dari Media Sin Chew Corporation Berhad yang berbasis Kuala Lumpur, Negara Malaysia. Media Sin Chew Corporation Berhad lalu dikelola oleh PT Emas Dua Ribu, yaitu sebuah mitra perusahaan dari Mahaka Media.
     Tahun 2009, Mahaka lalu mengalami perkembangan yang sangat pesat di dunia media dan telah menguasai Parent Indonesia, majalah a+ dan Golf Digest. Selain di media cetak, Mahaka juga berkancah di media elektronik dengan memiliki stasiun televisi Jak Tv, serta beberapa  stasiun radio macam GEN 98.7 FM, stasiun Prambors FM, FeMale Radio dan  Delta FM. Selain itu, Mahaka juga memiliki sebuah usaha di bidang jual beli tiket, periklanan dan desain dibagian situs web. Dalam catatan karirnya, Erick sebagai pendiri dari sebuah organisasi amal yang bernama “Darma Bakti Mahaka Foundation” dan “Dompet Dhuafa Republika” presiden direktur di VIVA Grup serta Beyond Media, serta pernah menjabat sebagai seorang Ketua di Komite Konten dan Industri Aplikasi dibagian Kamar Dagang Industri (KADIN).
     Selain bisnis media, Erick juga merambah ke dunia olahraga. Karena mencintai olahraga basket, ia mendirikan klub bola basket bernama Mahaka Satria Muda Jakarta, serta Mahaputri Jakarta. Erick pernah menjabat menjadi Ketua Umum PERBASI yaitu pada periode 2006–2010 & menjabat sebagai Presiden Asosiasi Bola Basket Asia Tenggara (SEABA) selama dua kali, yaitu pada periode 2006–2010 & periode 2010–2014. Pada Tahun 2012 Erick dipercaya sebagai Komandan Kontingen Indonesia untuk Olimpiade London tahun 2012. Dan pada tahun 2012 pula, Thohir & Levien menjadi pemilik saham mayoritas dari sebuah klub Major League Soccer, yaitu D.C. United. Transaksi yang membuatnya dikenal orang Asia pertama yang memiliki Tim Basket NBA yang ketika pada saat membeli saham dari Philadelphia 76ers.
     Tepat pada tahun 2013, Erick menggemparkan dunia dengan menawarkan dana sejumlah 250 sampai 300 juta Euro (2,8 sampai 3,2 triliun Rupiah) agar bisa membeli 80 persen dari saham klub sepak bola Italia, Internazionale Milan dari pemiliknya, Massimo Moratti. Bersama rekannya yaitu Rosan Roeslani dan Handy Soetedjo yang tergabung dalam International Sports Capital (ISC), Erick berhasil mengakuisisi saham mayoritas Inter sebanyak 70 persen pada 15 Oktober 2013. Lalu 15 November 2013, Thohir resmi menjadi presiden klub Inter Milan yang baru menggantikan Moratti yang menjadi presiden kehormatan di Inter.





     Tapi kiprah Erick selama empat tahun di Inter pun belum membuahkan hasil. Selama ia  berkuasa, Inter telah memecat empat pelatih: Walter Mazzarri, Roberto Mancini, Frank De Boer, dan Stefano Pioli. Ia juga telah menggelontorkan banyak uang membeli pemain macam Stevan Jovetic, Geoffrey Kondogbia, Miranda, Felipe Melo, Alex Telles dan Ivan Perisic, tapi Inter belum juga mampu menuai prestasi dan lolos ke Liga Champions. Komitmennya sebagai orang nomor satu di I Nerazzurri mulai dipertanyakan para Interisti karena jarang menghadiri laga timnya di Italia karena dianggap sibuk mengurusi bisnisnya di Indonesia. Hingga muncul kabar pada 6 Juni 2016, Erick yang tadinya berniat hanya melepas 20 persen Inter akhirnya menjual semua kepemilikan sahamnya sebesar 70 persen konsorsium asal Cina, Suning Commerce Group, setelah adanya penaikan tawaran.

     "Kemitraan baru dengan Suning Holdings Group ini adalah sebuah perubahaan besar untuk Inter Milan. Kami telah membangun basis yang solid di klub dalam dua setengah tahun terakhir. Kemitraan baru ini membuat kami bisa mengambil langkah selanjutnya dan mengembalikan Inter Milan ke tempat yang seharusnya dalam percaturan sepak bola dunia," demikian pernyataan Erick Thohir tentang akuisisi ini di laman resmi klub.
      "Popularitas sepak bola, terutama di Asia dan Tiongkok, tengah melewati sebuah periode pertumbuhan masif. Kesepakatan dengan Suning Holdings Group akan membuat kami bisa menjadi lebih dekat dengan basis fan di Tiongkok dan regional Asia Pasifik. Kami antusias menatap sebuah kemitraan yang sukses bersama-sama," tambah pengusaha asal Indonesia tersebut.
      Erick sebelumnya memiliki 70 persen saham Inter. Dengan kesepakatan baru, Erick hanya memegang 30 persen saham klub. Sedangkan Suning Group mengambil 40 persen saham Erick dan 30 persen kepunyaan eks Presiden Inter, Massimo Morratti.
      "Akusisi ini merupakan bagian dari strategi Suning dalam pembangunan industri olahraga dan menggerakkan kampanye kami dalam pasar konsumen kesehatan dan gaya hidup," ujar Zhang Jindong selaku chairman Suning.
      "Ini tidak cuma akan meningkatkan teknis dan kapabilitas operasional Jiangsu Suning FC, tapi juga akan membantu Suning untuk tumbuh secara internasional dan membuat kami bisa menjadi sebuah merek kenamaan di Eropa dan seluruh dunia," tutup Zhang.

      Erick memang masih menjadi presiden Inter Milan, tapi kirahnya sepertinya tidak akan lama lagi digantikan oleh keluarga Zhang. Namun setidaknya nanti, kita Interisti bangga kalau ada orang Indonesia yang pernah menorehkan sejarah menjadi orang nomor satu di Inter, orang Asia pertama yang menjadi pemilik klub Serie-A Italia. Klub sebelah? Mungkin hanya bisa iri, hee.



(sumber: Biografi.com, Ini Profil.com, Beritanewsmetro, dll)




Postingan Populer