Legenda Internazionale: Luis Suarez

 Jauh sebelum ada Luis Suarez, striker terkenal asal Uruguay yang suka menggigit lawan, ada Luis Suarez lain di masa lampau yang lebih populer dalam dunia sepakbola. Dialah Luis Suarez Miramontes asal Spanyol. 

Suarez disebut salah satu pesepakbola Negeri Matador terbesar sepanjang masa. Ia menjadi yang pertama - dan hingga saat ini satu-satunya - pemain kelahiran Spanyol yang meraih penghargaan Ballon d'Or. Pada era 60-an disaat kebanyaan pemain Spanyol hanya "jago kandang" dan bermain di liganya sendiri, Suarez sudah merantau ke liga top Eropa lain dan menuai kesuksesan.

Sejak kecil, Suarez sudah hobi bermain bola dengan bola seadanya dan sepatu bekas di jalanan kota Galicia. Setelah bermain untuk sebuah tim lokal, ketika usianya 15 tahun, sebuah iklan koran membawanya ke jalan menuju kejayaan: "Depor tengah mencari pemain muda," demikian bunyi iklan tersebut. Kemudian Suarez bergabung dengan akademi Deportivo La Coruna untuk menggembleng kemampuannya (1953-54).

Meski debutnya di La Liga bersama Deportivo pada tanggal 6 Desember 1953 berakhir mengecewakan dengan kekalahan telak 1-6 dari Barcelona, namun tak perlu waktu lama untuk menarik minat klub raksasa Catalan tersebut akan skill Suarez. Ya, meskipun masih ada keraguan akibat badan anak muda itu yang kurus. 

Demikian kurusnya, sampai-sampai pelatihnya Ferenc Plattko menyiapkan karung pukul di ruang ganti untuk melatihnya agar lebih berotot. Suarez tentu tidak menyukai hal ini: "Saya ke sini untuk menjadi pesepakbola, bukan petinju," katanya dengan tegas, sebelum akhirnya meminta peralatan itu disingkirkan. Bagi Suarez muda, kakinya sudah sudah cukup untuk gaya sepak bola yang dia inginkan. 

 Hanya semusim di Deportivo dengan 17 pertandingan dan 3 gol, Suarez lalu pindah ke Barcelona. Tapi ia dimainkan dulu di tim cadangan, CD Condal, yang berlaga di divisi dua (1954-55). Disana ia mencatat 21 penampilan dan 6 gol.

Baru kemudian antara rentang 1955-1961, Suarez menjadi pemain reguler di Barca bersama legenda lainnya macam Ladislao Kubala dan Sandor Kocsis. Enam musim yang luar biasa, karena mereka berhasil menghentikan dominasi Real Madrid, dan sarat dengan trofi: dua gelar liga, dua trofi Fairs Cup, dan dua piala domestik.

 Tahun 1958, Helenio Herrera menjadi pelatih Barcelona. Ketika tiga tahun kemudian pria Argentina itu bergabung dengan Inter Milan, mantan anak didik yang sangat ingin ia boyong siapa lagi kalau bukan Suarez. Manajemen klub Inter sampai menggelontorkan 250 juga Lira untuk membeli anak muda Spanyol tersebut demi memenuhi permintaan sang pelatih baru. Ini merupakan harga yang sangat tinggi saat itu, sehingga ada kabar bahwa para direktur Catalan tidak percaya sampai mereka memegang sendiri cek pembayaran di kantor klub. Konon Barcelona merampungkan stadion mereka, Camp Nou, dengan uang dari hasil penjualan Suarez. 

Pindah ke Italia tidak meredupkan sinar Suarez. Justru sebaliknya, Luisito makin benderang dan menemukan kebesarannya sebagai bagian dari skuad La Grande Inter yang melegenda dan bergelimang prestasi.

Sesuai dengan julukannya: "Sang Arsitek", Suarez menjadi gelandang serang jenius di lapangan tengah. Playmaker elegan dengan tembakan yang kencang. Ia biasa menerima bola di dekat pemain bertahan lawan sebelum mengirim umpan akurat sejauh 45-55 meter kepada pasangan Mazzola dan Jair yang sangat gesit. Kecepatannya juga memungkinkannya untuk sesekali melakukan terobosan akhir yang tajam. 

Pada final Piala Champions 1963-64 Inter melawan Real Madrid, Suarez menyadari saat di terowongan bahwa rekan-rekan setimnya terlalu gugup saat berhadapan dengan tim legendaris yang kala itu sedang hebat-hebatnya diperkuat Alfredo Di Stefano dan Ferenc Puskas.  Suarez yang tak gentar dan sudah biasa berhadapan dengan Madrid di Spanyol lalu dengan lantang memotivasi: "Teman-teman, kita di sini untuk mengalahkan mereka, bukan untuk minta tanda tangan!" Hasilnya, Sang Arsitek memimpin timnya unggul 3-1, yang menjadi penghargaan internasional pertama untuk Inter.

 Sukses di klub, hoki Suarez berlanjut di timnas. Pernah mewakili Spanyol di Piala Dunia 1962 dan 1966, pencapaian terbesar Suarez adalah mengantarkan negaranya merengkuh trofi Piala Eropa 1964.  

Suarez meninggalkan Inter tahun 1970, meskipun tetap berada di Italia. Ia memilih membela Sampdoria selama tiga musim (1970-1973) di penghujung karirnya. Namun penampilannya tetap bagus, sehingga kembali dipanggil ke tim nasional pada usia yang terbilang lanjut, 37 tahun. 

Seusai pensiun, Suarez melanjutkan karir di dunia manajerial. Ia sempat melatih Inter Milan pada tiga kesempatan (1974-75, 1992, dan 1995) walau kurang begitu sukses. Juga menjadi pelatih Timnas Spanyol U-21 (1981-1988) dan timnas senior (1988-1991) yang bermain di Piala Dunia 1990.

 
 

Nama : Luis Suarez Miramontes

Panggilan/Julukan : Sang Arsitek, Luisito

Lahir : A Coruna, Galicia (Spanyol), 2 Mei 1935

Posisi : Gelandang Serang

Karir di Inter Milan : 1961-1970 (328 laga, 54 gol)

Karir di Timnas Spanyol : 1957-1972 (32 laga, 14 gol)

Prestasi di Inter Milan : 3 scudetto Serie-A (1962-63, 1964-65, 1965-66), 2 Piala Champions (1963-64, 1964-65), 2 Piala Interkontinental (1964, 1965)

Prestasi di Timnas Spanyol : 1 Piala Eropa 1964

Penghargaan Pribadi : Ballon d'Or 1960 (Barcelona)

(sumber: Wikipedia, Inter.it, dll)

Postingan Populer