Legenda Internazionale: Mario Corso

Kaki Kiri Dewa. Itu julukan keren buat seorang Mario Corso. Sebuah bentuk apresiasi tinggi dari lawan bagi seorang pemain sayap hebat pada zamannya yang memiliki keistimewaan kaki kiri. Kala itu, tanggal 15 Oktober 1961, Timnas Italia bertanding melawan Israel. Pertandingan berlangsung seru. Namun pada akhirnya, Italia berbalik menang 4-2 berkat dwigol Corso di penghujung laga. 

“Kami bermain dengan baik, namun Kaki Kiri Dewa mengalahkan kami,” kata Gyula Mándi, sang Kepala Pelatih Israel, menyatakan kekagumannya.

Tak ada yang meragukan kehebatan Corso. Sebagai pemain sayap, ia memang tak terlalu cepat. Namun itu ditutupi oleh bakat istimewa yang dimilikinya di lapangan hijau, serta kemampuannya untuk berkreasi menggunakan kaki kirinya yang indah. Juga seorang pengambil tendangan bebas yang akurat. Seperti yang beliau lakukan pada 12 Mei 1965, ketika Inter harus membalikkan keadaan pada laga semifinal Piala Champions melawan Liverpool di San Siro, kontribusinya mampu menciptakan salah satu comeback terhebat dalam sejarah Nerazzurri. Inter yang kalah 1-3 di Anfield, berhasil menang 3-0 dan berhak melaju ke final.

Inter Milan merupakan klub profesional pertama Corso. Disana ia menemukan kebesarannya sebagai pemain berseragam biru hitam. Corso melakukan debut pada usia 16 tahun, dalam pertandingan Piala Italia melawan Como. Di partai yang dimenangkan Inter 3-0 tersebut, Corso mencetak gol kedua dalam pertandingan, menjadi pencetak gol termuda dalam sejarah Inter.

 Pada 23 November 1957, Corso juga melakukan debutnya di Serie A, dalam kemenangan 5-1 melawan Sampdoria. Pada 30 November 1958, golnya saat melawan Bologna membawanya menjadi pencetak gol termuda dalam sejarah Nerazzurri, berusia 17 tahun, tiga bulan dan lima hari (sebuah rekor yang bertahan hingga saat ini).

Corso kemudian menjelma menjadi bintang dan pemain kunci dalam skuad "La Grande Inter" asuhan Helenio Herrera. Sang pemain nomor 11 melambungkan Inter ke puncak tertinggi sepakbola.

 Sayangnya (malah terkesan aneh), karir timnas Corso tak terlalu membanggakan.  Bersama dengan Giuliano Sarti, Armando Picchi, Gianfranco Bedin, dan Antonio Angelillo:ia justru menjadi salah satu pemain Inter paling sukses yang belum pernah dipanggil Italia untuk Piala Dunia.

Namun itu tak memungkiri kebesaran Corso. "Dia merupakan pemain yang hebat, sangat berbakat dalam hal teknis. Dia berperan lebih bebas di atas lapangan namun tetap bekerja keras saat latihan. Bahkan pada hari ini, dia bisa saja menjadi salah satu pemain terbaik di dunia. Dirinya pada masa itu, adalah yang terbaik, " tegas mantan rekan setimnya, Tarcisio Burgnich.

Setelah enam belas tahun bersama Inter (1957-1973), Corso pindah ke Genoa selama dua musim (1973-1975). Ia pensiun disana sebagai pesepakbola. Corso kemudian beralih ke dunia manajerial, dan sempat melatih Inter Primavera (1984-85) dan tim senior Inter  selama semusim (1985-86).

 Corso meninggal pada 19 Juni 2020, dalam usia 78 tahun


Nama : Mario Corso

Panggilan/Julukan : Kaki Kiri Dewa, Mandrake, Mad Birago, Mariolino

Lahir : Verona (Italia), 25 Agustus 1961

Posisi: Pemain Sayap Kiri

Karir Inter Milan: 1957-1963 (502 laga, 94 gol)

Karir Timnas Italia : 1961-1971 (4 gol)

Prestasi di Inter Milan: 4 scudetto Serie-A (1962-63, 1964-65, 1965-66, 1970-71), 2 Piala Champions (1963-64, 1964-65), 2 Piala Interkontinental (1964, 1965)

(sumber: Wikipedia, Inter.it, dll)

Postingan Populer