Persahabatan Interisti dan Laziale


    Di Italia, kelompok Interisti bersahabat dengan kelompok Laziale (tifosi klub Lazio). Ada beberapa kesamaan yang mempererat "gamellagio" (persaudaraan) itu, misalnya:
  • Kedua klub sama-sama didirikan oleh kelompok berhaluan kanan dan anti Yahudi, serta berbasis pendukung kaum terpelajar dan kalangan menengah atas.
  • Kedua klub sama-sama menentang perintah merger Benito Mussolini di era fasis untuk digabung dengan klub lain di kota masing-masing.
  • Kedua klub sama-sama menempati Curva Nord, tribun utara di stadion masing-masing. 
  • Jika Inter punya rival sekota AC Milan, maka Lazio punya musuh bebuyutan sekota AS Roma.
    Para Interisti dan Laziale juga punya ritual unik selamat datang saat kedua klub mereka bertemu. Jika berlaga di Stadion Giuseppe Meazza saat kedua tim memasuki lapangan, maka para Interisti akan menyalakan flare warna biru dan meneriakkan "A Roma Ce Solo Lazio" atau "Di Kota Roma Hanya Ada Lazio". Baru setelah itu giliran para Laziale yang menyalakan flare warna biru gelap dan memekikkan "Forza Inter Ale". Sebaliknya ritual sama juga dilakukan di Stadion Olimpico, dengan Laziale terlebih dahulu. 
    Kedua suporter pernah mendapatkan penghargaan fair play dari UEFA atas tindakan simpatik dan sportif mereka, ketika Inter bertemu Lazio di final Piala UEFA 1998 di Paris yang dimenangkan Inter 3-0.
    Ada beberapa kejadian unik yang menunjukkan eratnya persaudaraan Interisti dan Laziale : 
  1. Pada pertandingan terakhir musim 2001-02 Inter diambang juara Serie-A jika mampu mengalahkan Lazio di Stadion Olimpico. Namun yang terjadi adalah tangisan, karena Inter justru gagal meraih scudetto di depan mata karena kalah 2-4 dari Lazio. Gelar juara disalip Juventus dan runner up milik Roma, Inter pun terlempar ke posisi tiga. Apa yang terjadi selanjutnya? Irriducibili Lazio justru mendemo manajemen Lazio dan meminta pelatih Lazio, Alberto Zaccheroni dipecat. Zaccheroni pun akhirnya mengundurkan diri. Ia dimusuhi Laziale justru karena timnya memenangkan laga.
  2. Pada bulan November 2007, seorang DJ terkenal di Kota Roma yang juga pendukung ultras Lazio bernama Gabriele Sandri menjadi korban tak berdosa dalam sebuah kerusuhan. Sandri tewas tertembak dibagian belakang kepalanya oleh polisi. Amarah pun meledak menuntut keadilan. Tidak hanya Laziale yang menyerang kantor polisi Roma, para Interisti juga menyerang kantor polisi Milan sebagai bentuk solidaritas. Untuk menghormati Sandri, Inter menunda sehari pertandingan Inter melawan Lazio  di Giuseppe Meazza yang seharusnya digelar pada 14 November. Saat pertandingan berlangsung, Boys S.A.N memprakarsai mengheningkan cipta selama 5 menit untuk menghormati Sandri. Tak ada apapun di stadion, kelompok-kelompok ultras Inter hanya membentangkan spanduk besar yang bertuliskan: "Gabriele, Kau Akan Selalu Berada di Hati Kami."



3. Yang paling sensasional adalah pertandingan Lazio melawan Inter  di pekan ke-36 Serie-A musim 2009-10. Partai ini sangat menentukan bagi kedua tim. Bagi Inter jika menang akan mengambil alih posisi pemimpin klasemen dari AS Roma yang sementara unggul 1 poin. Sementara bagi Lazio jika menang akan mengamankan diri dari degradasi ke Serie-B, karena saat itu Lazio berada di posisi 17 dan hanya terpaut 4 poin dari zona merah.
    Namun bukannya mendukung tim sendiri, para Laziale justru memberi semangat kepada Inter di Stadion Olimpico! Ada sebuah spanduk yang ditujukan kepada para pemain Lazio sendiri: "Kalau sampai menit ke-80 Lazio unggul, kami akan masuk ke lapangan!".
Spanduk ini kemudian disita polisi, tapi muncul spanduk-spanduk lain yang tak kalah mengerikan. 
  • "Nando (maksudnya kiper Lazio, Fernando Muslera), biarkan bola meleawatimu, dan kami akan tetap menyayangimu."
  • "Zarate (maksudnya Mauro Zarate, striker Lazio), satu gol saja kau cetak, kami akan paketkan kau ke Buenos Aires."
    Rupanya para Laziale ingin agar Inter mengalahkan timnya malam itu. Mereka memilih resiko Lazio turun ke Serie-B daripada Roma yang memperoleh scudetto.
    Suasana pertandingan pun menjadi sangat aneh. Lazio sama sekali tak memperoleh dukungan fans-nya sendiri walau bermain di Olimpico. Sebaliknya Inter sebagai tamu justru memperoleh suport luar biasa. Setiap kali pemain Inter menguasai bola, para Laziale berteriak, "Biarkan mereka lewat!".
    Fernando Muslera bermain gemilang malam itu. Tiap kali ia menggagalkan gol Inter, teriakan cemoohan pun mengarah kepadanya. Namun akhirnya pada injury time babak pertama, tandukan bek Inter, Walter Samuel mengubah skor menjadi 0-1. Stadion bergelegar dan muncul spanduk ejekan dari Laziale yang bertuliskan "Oh, Noooo Roma!" dan "Scudetto Game Over".


    Di babak kedua mental pemain Lazio pun runtuh. Kesalahan demi kesalahan dilakukan, dan membuat Thiago Motta menggenapkan kemenangan Inter menjadi 0-2 di menit ke-70. Di akhir pertandingan, para pemain Lazio meninggalkan lapangan dengan sedih dan marah karena merasa "dikhianati" pendukungnya sendiri. Asisten pelatih Lazio mengakui bahwa anak asuhnya sangat terpengaruh oleh suasana stadion sehingga tidak bisa menampilkan performa terbaik mereka.
    Presiden klub Roma, Rosella Sensi mengecam habis-habisan hal ini. Bahkan kubu klub ibu kota itu menuduh kalau Inter dan  Lazio sudah main mata, yang sama sekali tidak terbukti. Sedangkan pelatih Inter, Jose Mourinho hanya berkomentar pendek, "Saya belum pernah menyaksikan yang seperti ini".
     Pada akhir musim 2009-10, Inter berhasil merebut scudetto dengan keunggulan 2 poin atas Roma, sebagai bagian dari treble winner yang bersejarah. Sementara Lazio mampu memenangi 2 laga sisa dan terhindar dari degradasi dengan menempati posisi ke-12 di klasemen akhir Serie-A (sumber: fanspage Dunia Interisti yang ditulis oleh Galuh Lazialita Biancocelesti).

Postingan Populer