Legenda Internazionale: Giuseppe Meazza "Kemunculan The Little Boy" (Part 2)
Giuseppe
Meazza lahir di Porta Vittoria,salah satu distrik
popular di Milan, pada tanggal 23 Agustus 1910. Disana ia biasa dipanggil Peppino. Usia tujuh tahun, Meazza sudah
kehilangan ayahnya yang meninggal dalam pertempuran Perang Dunia I tahun 1917.
Meazza yang yatim dibesarkan ibunya, Ersilia, membantu beliau sehari-hari berjualan
buah di pasar. Bocah kecil itu mulai menunjukkan ketertarikan terhadap sepak
bola pada usia enam tahun, bermain tanpa alas kaki
dengan bola yang terbuat dari kain di jalan-jalan untuk tim anak-anak bernama
"Maestri Campionesi".
Saat
Meazza berusia dua belas tahun, Ersilia memberikan izin kepada anaknya untuk
mengejar karir sepakbola, dan mulai bermain untuk Gloria FC.
Namun Meazza yang miskin tak mampu membeli sepatu bola yang
berharga mahal. Untung ada seorang penggemar yang
berbaik hati memberikan Meazza sepasang sepatu bola pertamanya.
Sebenarnya
Meazza mengagumi AC Milan, dan ingin bergabung dengan klub
tersebut.
Tapi ditolak, karena Meazza yang saat itu berusia 14 tahun
dianggap terlalu kurus. Justru klub rival sekota,
Internazionale yang menerima Meazza dengan tangan terbuka. Pihak klub I
Nerazzurri lalu memberinya asupan steak agar fisiknya menjadi lebih besar dan kuat.
Pada awalnya di
tim muda, Meazza terbiasa mengisi kekosongan dalam pertahanan,
alih-alih diizinkan mengikuti insting menyerang.
Tetapi untungnya pelatih junior Inter kemudian memperbaiki kesalahan
tersebut,
dan mengembalikan Meazza ke posisi idealnya.
Orang yang pertama kali memperkenalkan bakat
hebat Meazza kepada tim senior adalah Fulvio
Bernardini, saat itu sebagai pemain Internazionale pimpinan Arpad Weisz.
Bernardini biasa bersantai sehabis latihan dan menonton pertandingan latihan
tim muda. Dengan kemampuan membaca
permainan sepak bola yang sangat baik, dia langsung menyadari bahwa dirinya
telah menemukan fenomena baru. Bernardini meyakinkan sang pelatih asal
Hongaria untuk mencoba pemain muda ini sebagai starter.
Saat itu tahun 1927, Meazza yang berusia 17 tahun
bergabung dengan tim senior Inter. Ketika melihat dirinya
di ruang ganti, ada pemain senior bernama Leopoldo Conti terkejut dan
mempertanyakan keputusan pelatih Arpiz Weisz memainkan Meazza yang dianggapnya
masih terlalu muda, belum pantas berada di tim senior. Dengan
sedikit kesal, Conti berkata, “Apakah sekarang kita juga akan memainkan
anak-anak Balilla?”
Opera Nazionale Balilla
sendiri merupakan organisasi pemuda Fasis yang mengumpulkan semua
anak berusia 8 hingga 14 tahun, yang didirikan pada tahun 1926. Oleh
karena itu mengapa Conti merasa itu adalah nama
panggilan yang cocok untuk pemain pemula yang masih muda.
Namun kemudian apa yang
terjadi? Meazza melakukan debut resmi pertamanya tanggal 11
September 1927, dalam laga melawan Unione Milanese di pertandingan Coppa
Volta. Pada pertandingan derby tersebut Meazza
mencetak dua gol dalam kemenangan 6-1, yang membuat Conti terdiam. Sejak saat itu julukan Balilla (The Little Boy) melekat pada diri
Meazza.
Keputusan Arpad Weisz memainkan
Meazza terbukti jitu. Akhirnya orang-orang jadi menyadari telah hadir
anak muda hebat yang nantinya akan menjadi salah satu
pemain terbaik yang dimiliki Inter dan Italia.
Tak hanya di klub, awal
kemunculannya di timnas pun diwarnai keraguan oleh publik yang belum
mengenal kualitasnya. Pelatih Vittorio Pozzo memberikan kesempatan Meazza tampil pertama
kali bersama timnas pada tanggal 9 Februari 1930, saat Italia menjamu Swiss
di Stadion Nazionale
del PNF, Roma. Adalah para pendukung Napoli yang marah kepada
pelatih Pozzo, karena tidak memasukkan Attila Sallustro ke daftar pemain dalam
laga melawan Swiss, dan justru memainkan seorang remaja asal Milan. Sallustro, bintang kelahiran Paraguay, merupakan idola bagi para
pendukung Napoli. Mereka menganggap keputusan sang pelatih sebagai
penghinaan, sehingga rombongan mereka berbaris ke Roma untuk melampiaskan
kemarahan.
Dalam laga sore itu, Meazza
memulai permainan dengan buruk dan Swiss telah unggul sementara 2-0, keadaan
yang memicu kemarahan para penggemar. Ersilia,
sang ibunda Meazza, yang juga turut menonton di tribun sampai menangis karena
tak berdaya dikelilingi oleh kerumunan orang yang mengeluarkan sumpah serapah
terhadap putranya.
Pada akhirnya, keputusan Pozzo
terbukti sangat tepat. Gol dari Mario Magnozzi dan
Raimundo Orsa menyeimbangkan kedudukan menjadi 2-2. Sampai kemudian Meazza melakukan debut yang tak terlupakan dengan
mencetak dua gol di menit-menit akhir pertandingan dan mengubah keadaan.
Azzuri akhirnya menang dengan skor 4-2. Sumpah serapah penonton berubah menjadi sorak-sorai, dan air mata
Ersilia kini menjadi air mata bahagia. Minggu sore itu
menjadi hari ketika Italia menemukan salah seorang pemain dengan talenta murni
dan paling inovatif dalam sejarah negara ini.
Ya, selanjutnya seperti semua
orang tahu, Meazza kemudian menuliskan cerita karir dengan tinta emasnya
sendiri. Sejarah mencatat kegemilangannya bersama Inter
Milan dan timnas Italia. Seorang anak muda yang awalnya
diragukan, berhasil membungkam publik dan menjadi idola dengan torehan
prestasinya. Seperti setelah Meazza
mencetak hattrick dan menginspirasi kemenangan 5-0 Italia atas Hungaria di
Budapest pada 11 Mei 1930, ia menemukan 25.000 orang
yang telah menunggu kepulangannya di stasiun Milan.
“Saya ingin menjadi
seperti Meazza,” adalah teriakan yang sering dilontarkan anak-anak, di saat
Peppino menggiring bola, mencetak gol, dan membuat impian menjadi kenyataan bagi
para penggemarnya.. Tidak diragukan
lagi, Giuseppe Meazza mewariskan sejarah yang mempesona, yang dikagumi oleh semua
orang.
(sumber: Wikipedia, Inter.it, Giuseppemeazza.it, dll)