Legenda Internazionale: Servaas "Faas" Wilkes

Servaas Wilkes, penyerang sayap asal Belanda. Ia memang hanya berada tiga musim di Inter Milan. Juga tak ada satu gelar juara pun ia persembahkan. Wilkes hanya mampu membawa I Nerrazzurri menjadi runner-up Serie-A 1950-51, sekaligus dirinya menduduki peringkat ketiga daftar top skor dengan ukuran 23 gol. Tapi itu sudah cukup menjadikan Wilkes terus dikenang fans sejati Inter sebagai legenda tanpa mahkota.
Wilkes lahir di Rotterdam, pada 13 Oktober 1923. Awalnya, Wilkes muda bermimpi tak muluk-muluk. Ia dan saudaranya, Leen, hanya ingin menjadi tukang kayu mengikuti ayah dan pamannya menjalankan bisnis keluarga 'Wilkes & Zoonen', yang bergerak dibidang furnitur.
Namun kemudian Wilkes memilih untuk tidak melakukannya. Ia yang sejak kecil unggul dalam bidang olahraga dan aktivitas fisik, selanjutnya memilih dunia sepakbola. Pada 14 April 1941 di usia 17 tahun, Wilkes bergabung dengan klub lokal amatir, Rotterdam Xerxes. Ia melakukan debutnya melawan CVV de Jodan Boys dengan kemenangan 6-0 untuk Xerxes.
Wilkes ingin mendapatkan penghasilan dari sepakbola, dengan mengubah hobi menjadi profesi. Namun pada masa itu, sepakbola di Negeri Kincir Angin masih bersifat amatir. Ceritanya, Wilkes dan saudaranya bermaksud pindah dari Xerxes ke klub lain, MVV Maastricht, yang menawari mereka bayaran berupa dalam bentuk dua truk untuk bisnis keluarganya. Namun KNVB (Koninklijke Nederlandse Voetbal Bond) selaku asosiasi sepakbola Belanda kala itu masih keras dan kaku, dimana profesionalisme dalam sepakbola masih dianggap dosa, dengan melarang adanya kontrak pembayaran.
Wilkes cs akan dilarang bermain selama setahun jika mereka menerima tawaran tersebut. Keputusan KNVB tersebut memaksa Wilkes kembali ke Xerxes. Apesnya, MVV Maastricht meminta ganti rugi untuk membayar kembali truk yang sudah mereka beli dari kantong keluarga Wilkes sendiri.
Wilkes mulai mencari kesempatan untuk unjuk kebolehan mengolah si kulit bundar guna mengesankan orang-orang di Eropa. Namun beberapa kali pula KNVB melarangnya pindah ke luar negeri dengan menggagalkan transfer. Tapi pada akhirnya, Wilkes “nekad” dengan menerima tawaran dari klub raksasa Italia, Inter Milan. Akibat pembangkangan ini, KNVB yang marah memberi hukuman tak boleh bermain di Belanda selama lima tahun. Tapi itu tak masalah bagi Wilkes, karena ia bermain di Italia bersama Inter. Menjadi pemain Belanda ke-4 yang bermain di luar negeri, namun Wilkes menjadi superstar Belanda pertama yang melakukan transfer mewah di klub besar asing.


Sebenarnya saat berlibur di Italia tahun 1949, Wilkes didekati lebih dulu oleh AC Milan. Tapi mengetahui hal tersebut karena persaingan antara kedua klub, tak lama setelahnya Presiden Inter Carlo Masseroni mengundang Wilkes untuk makan malam di sebuah restoran, yang secara kebetulan dimiliki oleh seorang Belanda. Pemilik restoran tersebut bertindak sebagai penerjemah. Ditawari bayaran 60.000 gulden per tahun (belum termasuk bonus), Wilkes tak kuasa menolak dan setuju bergabung dengan Inter.  
Musim pertamanya bersama I Nerazzurri dilaluinya dengan manis dan langsung jadi idola Interisti. Duetnya bersama Istvan Nyers di lini depan dianggap “maut”. Mereka saling bergantian dalam mencetak gold an memberikan assist.
Julukan Mr.Dribbling melekat pada diri Wilkes. Ia memang memiliki dribbling atau faas (dalam bahasa Belanda) yang brilian. Itulah kenapa ia mempunyai panggilan “Faas” Wilkes. Jika ia memiliki rekan yang baik, maka  tidak akan ada yang bisa menghentikannya. Ia mampu melewati lawan mana pun dengan skill yang luar biasa untuk kemudian mencetak gol-gol cantik.
Namun kekurangannya adalah gaya permainan Wilkes yang terkesan individualisme, membuat dirinya jadi sasaran kritik  rekan satu timnya. Wilkes dikenal karena memonopoli bola, karena sering kali ia berusaha memaksa untuk melewati lawan daripada memberi umpan. Bukannya ia tidak pernah mengoper bola, tapi Wilkes hanya memilih untuk mencoba peruntungannya sendiri dalam mencetak gol.
Selama tiga musim membela Inter (1949-1952), total Wilkes mencetak 47 gol dari 95 pertandingan. Tapi sayangnya, tak satu pun yang berbuah gelar juara.
Pada awal musim 1952-53, Wilkes meninggalkan Inter dan bergabung dengan Torino. Ia pindah karena tidak cocok dengan pelatih baru, Alfredo Foni. Keputusan ini sempat disesali pendukung Inter. Mungkin menyakitkan bagi Wilkes karena setelah ia pindah, Inter malah jadi juara Serie-A dua kali beruntun (1952-53, 1953-54).
Walau tanpa mahkota, namun Wilkes tetap dianggap “pahlawan”. Ia dianggap membawa perubahan besar di Inter, yang menjadikan klub tersebut kembali menjadi tim yang ditakuti. Sampai saat ini fotonya masih terpampang di museum yang terletak di dalam Stadion Giuseppe Meazza.
“Aku sangat terkesan bermain di Inter. Fans disini sangat menyenangkan. Aku sungguh berhutang kepada mereka. Meski gagal mempersembahkan gelar, aku  tetap dianggap pahlawan,” kata Wilkes kepada Harian L’Equipe saat pindah ke Torino.
Wilkes dianggap salah satu pesepakbola terbaik yang pernah dimiliki Belanda. Bahkan legenda terbesar negeri itu, Johan Cruyff mengakui Wilkes sebagai idolanya.
Di Timnas Belanda, Wilkes berhasil mengantongi 35 gol dalam 38 pertandingan. Butuh waktu 36 tahun bagi siapa pun pemain Tim Orange untuk memecahkan rekor top skor ini, sebelum akhirnya striker Dennis Bergkamp berhasil melakukannya pada tahun 1998.
Pada Agustus 2006, Faas Wilkes meninggal di Rotterdam dalam usia 82 tahun akibat serangan jantung. 


       Nama                  : Servaas Wilkes
       Julukan               : Faas Wilkes, Mr.Dribbling, Il Tulipano
       Lahir                   : Rotterdam (Belanda), 13 Oktober 1923
       Posisi                            : Penyerang Sayap
       Karir Inter Milan          : 1949-1952 (95 laga/47 gol)
       Karir Timnas Belanda   : 1946-1961 (38 laga/35 gol)


(sumber: Wikipedia, Bleachenreport.com, Football.oranje.com, Soccer Series)

Postingan Populer